Diskusi pelestarian adat di Cianjur


CIANJUR - Majelis Adat Gagang Cikundul gelar diskusi dalam melestarikan budaya untuk tetap menjaga salah satu karakteristik suatu daera, di Rumah Makan Sindang Rahayu, Jalan Raya Cipanas No 17, dengan tema Gempungan Ngaguar Jatidiri Cianjur, Pikeun Cianjur Kiwari.
Dengan berbusana serba hitam dan menggunakan iket pada kepala, beberapa tamu undangan yang hadir diantaranya perwakilan dari Ulama Kabupaten Cianjur, Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan para budayawan. Selain ajang berdiskusi, acara ini dilakukan sekaligus bersilaturahmi dengan sesama budayawan yang peduli akan pelestarian kebudayaan Cianjur khususnya.
Gempungan Ngaguar Jatidiri Cianjur, Pikeun Cianjur Kiwari ini adalah sebagai upaya mengingatkan kembali, merefleksi dan mengevaluasi Cianjur hari ini serta mengangkat kembali nilai-nilai keluhuran dari leluhur Cianjur. Seperti yang diketahui, bahwa nilai-nilai leluhur filosofi Cianjur sampai detik ini adalah Ngaos, Mamaos dan Maenpo. “Dalam rangka Hari Jadi Cianjur kita merasa berkewajiban melakukan sebuah perenungan dan evaluasi sampai sejauh mana implementasi ataupun sejauh mana nilai-nilai filosofi ini dapat bertahan, maka dari itu kami rangkul berbagai pihak untuk menjaga dan melestarikan jatidiri Cianjur yaitu Ngaos, Mamaos serta Maenpo,” ujar Karatuan Majelis Adat Gagang Cikundul, Susane Febriyati Soeriakartalegawa.
Ngaos, Mamaos dan Maenpo menjadi suatu perjalanan sejarah Cianjur yang merupakan jatidiri daerah ini, seperti Ngaos yaitu tradisi mengaji yang mewarnai nuansa Cianjur dengan masyarakat yang lekat dengan keagamaan.
Citra sebagai daerah agamis ini sudah terintis sejak Cianjur lahir sekitar tahun 1677, dimana wilayah Cianjur ini dibangun oleh para ulama dan satri tempo dulu yang gencar mengembangkan syiar Islam. Itulah sebabnya Cianjur sempat mendapat julukan Kota Santri.
Mamaos adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadikan salah satu perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup. Seni Mamaos tembang Sunda, tembang Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur, R. Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal Dalem Pancaniti.
Sementara Maenpo adalah seni bela diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan, pencipta sekaligus penyebar Maenpo adalah Djadja perbata atau dikenal dengan nama R. H. Ibrahim, yang mana aliran ini mempunyai ciri permainan rasa dengan sensitivitas atau kepekaan.
Ia menambahkan, ketika berbicara tentang nilai-nilai budaya tersebut bisa menjadi pondasi daya gerak untuk Cianjur kedepannya dan itulah menjadi tujuan diadakannya acara ini. Sehingga ketika pondasi itu tetap terjaga, budaya akan tetap ada sampai kapanpun dan tak akan luntur meski arus jaman terus berjalan.
Salah satu yang menjadi target utamanya adalah tidak hanya generasi muda tapi penguatan jatidiri Cinjur  untuk menjadi pondasi kebijakan-kebijakan pemerintah sehingga ketika pemahaman tersebut bisa diterima, maka berbagai peninggalan sejarah dan budaya bisa terjaga dari mulai tapak sejarah, bukti-bukti sejarah dan berbagai peninggalan lainnya. Maka dari itu ini yang menjadi tugas selanjutnya bagi generasi muda.
“Ini yang menjadi rekomendasi kita bersama, perlu peran dan komitmen seluruh pihak untuk penggalian dan pengkajian sekaligus pendokumentasian sejarah agar bisa dilanjutkan generasi selanjutnya,” tambahnya.
Di sisi lain, Pengamat Budaya, Budi mengatakan, kumpulan-kumpulan ini sebagai bentuk menghidupkan budaya Cianjur dan menghadirkan rumusan-rumusan yang kongkrit sehingga nantinya mudah diemplementasikan.
“Acara seperti ini sangat bagus, sehingga nantinya bisa menghadirkan rumusan yang kongkrit untuk diemplementasikan dalam menjaga pelestarian,” ujar Dosen Anropologi Universitas Padjadjaran Bandung ini.
Dari pertemuan ini diharapkan bisa menghasilkan keputusan yang nantinya dapat disetujui Pemerintah Daerah Cianjur dengan membuat produk-produk kebijakan yang berbasis kearifan lokal, membuat kebijakan anggaran terhadap pengembangan adat dan budaya, mengoptimalkan implementasi dari kebijakan yang telah dikeluarkan, melestarikan potensi adat dan budaya yang menjadi ciri khas Cianjur dan beberapa kesepakatan lainnya.**wan
Share:

0 comments:

Post a Comment

Kawali TV

Blog Archive

Recent Posts

BERITA