Kuda lumping atau ebeg kini jarang diminati, selain mahal juga mengandung mistis. Padahal itu budaya asli Indonesia, itu berasal dari akar budaya Jawa. Sayang orang jaman sekarang sering melupakan budaya sendiri. Saat di klem negeri lain baru sibuk.
Adalah Endro yang memiliki salon kecantikan dan butik kosmetik ini yang nanggap ebeg atau kuda lumping. Dirinya merasa tertarik ingin ngurih-urih atau melestarikan kesenian tradisi yang sudah langka ini. Endro merasa bersyukur masih bisa melihat, menyaksikan kesenian ini, karena bisa jadi kedepan akan hilang kalau tidak di lestarikan oleh kita sendiri.
Kuda Lumping dari grup Wahyu Turonggo Mudo Banyu Urip ini di tanggap di Kebumen Sabtu 9 Juli 2016, dalam rangka hiburan lebaran. Dimana kampung halaman Endro berada. Sungguhlah mulia jika kita mampu selaras antara agama dan budaya.
Di kuda lumping memang banyak yang kemasukan, istilah bahasanya mendem, artinya kemasukan ruh. Itu bisa disembuhkan oleh pawangnya, itu memang untuk menghibur, namun kadang mebuat anak kecil takut.
Untuk itu beberapa adegan kadang di kurangi, kecuali atas permintaan. Selain pemain yang kemasukan, penontonnya juga bisa kemasukan, kalau orang itu memang pernah atau pikirannya kosong. Tapi jangan khawatir, selama ada pawangnya, yangbkemasukan segera disembuhkan, atau bahasa mereka di jantur.**wasono
0 comments:
Post a Comment