Leuit, salah satu khasanah adat budaya sunda ternyata sejak dulu
sudah ada di Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran dan
hingga sekarang masih digunakan masyarakat desa.
Leuit dalam
kosa kata bahasa sunda bisa diartikan tempat atau lumbung padi,
merupakan sebuah bangunan dengan ciri khas bangunan kecil dengan atapnya
yang kuncup terbuat dari kayu dan bisanya letaknya terpisah dari
bangunan rumah warga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan gabah
yang memiliki kemampuan tahan cuaca, hama penyakit, serta memiliki
sistem sirkulasi udara yang baik sehingga gabah kering dapat disimpan
dalam jangka waktu lama.
“Leuit ini merupakan tempat
menyimpan cadangan stok gabah kering dari warga desa dan digunakan
untuk keperluan antisipasi di saat musim paceklik. “ungkap Kepala Desa
Cikalong, Upang Supandi.(5/8)
Walau pun di desanya belum pernah
terjadi musim paceklik, namun menurut Upang, warga tetap diwajibkan
“menyetor” sebagian hasil panennya untuk disimpan di lumbung tersebut.
“Dan
hasil musyawarah seluruh warga, disepakti setiap kepala keluarga harus
menyisihkan 20 kg padi per musim dari hasil panennya masing-masing.
“terang Upang.
Dikatakan Upang, seluruh warga Desa Cikalong
hingga saat ini masih tetap menggunakan lumbung itu sebagai kearifan
lokal warisan leluhurnya.
“Leuit itu sekarang kami namakan lumbung persatuan yang keberadaanya dalam satu RT terdapat satu lumbung. “terang Upang lagi.
Lebih jauh Upang menjelaskan, setiap satu tahun lumbung tersebut akan dibuka untuk diadakan ngabuku taun, yang digelar pada seiap bulan muharam dengan mengadakan malam syukuran hajat bumi, sebagai ungkapan rasa syukur seluruh warga pada sang khalik.
“Ngabuku taun itu mungkin semacam RAT kalau pada koperasi. “jelas Upang.
Sementara hasil dari ngabuku taun,
lanjut Upang, nantinya sebagian akan dibelanjakan alat-alat rumah
tangga seperti kursi, piring, sendok dan lainnya yang bisa digunakan
saat ada warga akan hajatan.
“Jadi, saat ada yang mau hajatan, warga bisa menggunakan peralatan tersebut. “imbuhnya.
Selain
itu, masih kata Upang, adanya lumbung persatuan membuktikan, dengan
luas hamparan sawah 2200 hektar yang mampu menghasilkan 200 ton padi per
tahun dengan jumlah penduduk 3600 jiwa, Desa Cikalong sudah mampu
berswasembada pangan bahkan surplus.
“Dan keberadaan leuit atau
lumbung persatuan ini, juga jelas membuktikan, hingga saat ini
masyarakat Cikalong masih menjungjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal
serta menjadikan adat budaya leluhur sebagai tatanan kehidupan
masyarakat desa. “pungkasnya. (Anton AS – hiek)
Home »
BERITA BUDAYA
» LUMBUNG PADI (Leuit) PENINGGALAN ADAT BUDAYA DESA CIKALONG
0 comments:
Post a Comment