Kuda lumping khasanah Pangandaran

Seni Kuda Lumping, Khasanah Budaya Pangandaran

PANGANDARAN. Satu lagi kekayan seni yang menjadi khasanah budaya Pangandaran, Seni Kuda Lumping.  Walau secara geografis Kabupaten Pangandaran berada di Jawa Barat, tapi karena letaknya berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Cilacap) yang membuat masarakat pangandaran pendudukanya pun terdiri dari dua suku, yakni sunda dan jawa, begitu juga dengan perkembangan budayanya. Keragaman tersebut pun terjadi pada kebudayaan yang bisa saling mengisi serta menjadikan harmoni dalam bersosialisasi. “Kalau seni sunda ada ronggeng gunung, maka seni jawa pun bisa tampil dengan salah satu seninya, yaitu seni kuda lumping. “Ungkap Beja, pimpinan Seni Kuda Lumping Modern Panca Warna.(12/1
Beja yang ditemui saat pentas pada hajatan pernikahan salah satu warga Desa Wonoharjo lebih jauh mengatakan, di sanggar yang di Dusun Parapat Desa pangandaran, ia berusaha ikut melestarikan budaya kuda lumping dengan mengajarkan pada remaja di sekelilingnya. “Saya sangat senang, ternyata anak-anak sekolah pun mau ikut belajar di sanggar saya. “Terang Beja.
Seni kuda lumping modern yang lebih dikenal dengan nama “ebeg” ini menurut Beja, adalah sebuah tarian dengan menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu yang dimainkan sekitar sepuluh orang diiringi gamelan jawa dan alunan tembang sinden. “Nama tariannya jaran kepang. “Terang Beja lagi.,
Yang membuat unik seni kuda lumping ini, di ahir tarian biasanya terjadi kesurupan (trance) pada para penarinya. Saat seluruh penari tersebut kesurupan, maka tarian yang dimainkan pun semakin bagus dengan gerakan yang kadang gemulai dan terkadang penuh semangat. “Dalam tradisi ini penari sedang mendem. “Ungkap Beja.
Dulu, menurut Beja, saat dalam keadaan tak sadarkan diri tersebut, biasanya para penari bisa memakan apa yang diberikan. Seperti kaca,paku, ayam hidup, bunga bahkan mengupas beberapa butir kelapa hanya dengan menggunakan giginya. “Sekarang setelah ada larangan dari pemerintah, akstraksi itu pun kami hilangkan. “Ungkap Beja lagi.
Dan menjelang usai pertunjukan, penari pun akan sadar kembali setelah diberi mantera dengan menempelkan saputangan pada hidung penari yang sudah diberi minyak wangi.  (hiek-kawalitv.com)

Share:

0 comments:

Post a Comment

Kawali TV

Blog Archive

Recent Posts

BERITA