Inilah Tatang Suhendar(54th) seorang ayah 7 anak yang sukses bisnis tanaman di Bandung. Dia di bantu putra ke empatnya, Andri (17th), menggeluti usaha jual tanaman di Taman Cibeunying Selatan, los 1 Bandung. Tatang mengaku berasal dari Ciamis, dari Desa Muktisari, Kec. Cipaku-Ciamis. Berawal dari modal 70 jutaan, kini omsetnya mencapai 5 sampai 7 juta perhari, namun belum dipotong modal dan lain sebagainya. Di lokasi ini, Tatang tidak harus sewa, melainkan pemerintahan Kota Bandung mempersilahkan untuk berjualan disini, namun dengan catatan, jika pemerintah akan menggunakan lahin tersebut, maka para pedagang ini harus mau untuk dipindahkan. Hingga kini, Tatang sudah 30 tahun jualan dilokasi ini, sementara dirinya memang sudah tinggal di Ujung berung.
"saya sudah 30 tahun jualan disini, kalau mulainya saya sejak tahun 1975, saya terus mengembangkan pembudidayaan angrek, bahkan saya punya angrek raksasa dan angrek monyet, namun belum berbunga" ucapnya kepada kawalitv.
Sementara putranya Andri yang masih duduk di kelas XII SMKN 6 Bandung ini, terus belajar, bahkan, kini Andri akan membuat kultur jaringan anggrek, dengan berguru kepada ir. Agusa Hanapi, yang berasal dari Sulawesi.
"saya sedang mempelajari kultur jaringan dengan pak insinyur Agus, padahal saya sekolahnya jurusan otomotif, jadi asa gak nyambung, tapi saya suka da belajar ti bapa" ucapnya ramah.
Jualan pohon seperi ini, sesungguhnya sulit-gampang, karena, ujar Tatang, ini perlu ketekunan dan kesabaran, kegagalan pasti ada, untuk itu harus hati-hati.
"saya sedang mengembangkan anggrek monyet yang didatangkan dari luar negeri, harganya satu anggrek 900.000, tapi kemaren mati dua, itu gagal, tapi bagaimana, itu bagian dari bisnis" katanya
Mereka beruahan jualan kembang, bibit pohon dan sejenisnya, selain dari nilai usaha, mereka juga pelestari lingkungan, jadi bagi yang hoby nebang pohon tapi tidak peduli tanam lagi, ini adalah contoh. Bagi urang Ciamis, yu kita conto kang Tatang, dia ti Ciamis, dan terus akan merasa orang Ciamis walaupun dia sudah tinggal di Bandung. Masih banyak orang Ciamis yang sukses diluaran, dan terus cinta tanah airnya.## wsn/ktv
"saya sudah 30 tahun jualan disini, kalau mulainya saya sejak tahun 1975, saya terus mengembangkan pembudidayaan angrek, bahkan saya punya angrek raksasa dan angrek monyet, namun belum berbunga" ucapnya kepada kawalitv.
Sementara putranya Andri yang masih duduk di kelas XII SMKN 6 Bandung ini, terus belajar, bahkan, kini Andri akan membuat kultur jaringan anggrek, dengan berguru kepada ir. Agusa Hanapi, yang berasal dari Sulawesi.
"saya sedang mempelajari kultur jaringan dengan pak insinyur Agus, padahal saya sekolahnya jurusan otomotif, jadi asa gak nyambung, tapi saya suka da belajar ti bapa" ucapnya ramah.
Jualan pohon seperi ini, sesungguhnya sulit-gampang, karena, ujar Tatang, ini perlu ketekunan dan kesabaran, kegagalan pasti ada, untuk itu harus hati-hati.
"saya sedang mengembangkan anggrek monyet yang didatangkan dari luar negeri, harganya satu anggrek 900.000, tapi kemaren mati dua, itu gagal, tapi bagaimana, itu bagian dari bisnis" katanya
Mereka beruahan jualan kembang, bibit pohon dan sejenisnya, selain dari nilai usaha, mereka juga pelestari lingkungan, jadi bagi yang hoby nebang pohon tapi tidak peduli tanam lagi, ini adalah contoh. Bagi urang Ciamis, yu kita conto kang Tatang, dia ti Ciamis, dan terus akan merasa orang Ciamis walaupun dia sudah tinggal di Bandung. Masih banyak orang Ciamis yang sukses diluaran, dan terus cinta tanah airnya.## wsn/ktv
0 comments:
Post a Comment